''For no other reason when I fight like this, if not for the people I love''


Sunday, 23 November 2014

"Kamu" sang hujan.



Anugerah... namun tak pelak rasa kecewa karenamu ada. Ya .. Kamu sang hujan.... begitu orang orang menyebutmu... Langit mendung di atas sana.. aku ber harap harap cemas dalam benakku .. Tolonglah kami Tuhan, Badan ini kering kerontang, banyak tanaman yan tlah mati karena dalam jasad ku ini tlah lama tak di hampiri sang hujan... Jujur saja ketika kemarau panjang melanda.. aku sangat merindukannya, setahun lamanya ia tak datang menghampiriku.. tubuh ku seperti debu nan
rapuh tersapu angin. Terkadang aku merasa kecewa, sedih, dan putus asa menunggu kedatanganmu... mungkin memang bukan salah mu.. tapi perasaan cemburu itu selalu membuatku mengarahkan kekecewaanku padamu. Sebenarnya aku rindu dengan tetesan tetesan lembut mu yang berjatuhan di tubuhku... Ketika hujan datang semesta memuji, kehidupan bermula.. ah tapi apa boleh buat, ini semua di luar kemampuan ku. Tak lama kemudian ada Si Miaw sebut saja begitu seekor kucing betina yang memiliki 3 anak, yang selalu mengais makanan di dekat danau yang kering itu... sekarang badannya bak kucing goreng crispy yang sangat garing,, dia berjalan sambil sempoyongan dan akirnya ambruk karena kelaparan di punggung ku. lalu ia berkata kepadaku ... Wahai bumi, apakah sang hujan sudah tak mencintai kita lagi ? tak sekalipun dalam sehari saja dia kemari membawa segala anugrah tuhan... aku sekarat, anak anak ku mati... dan kamu lihat badan ku...hanya tinggal kulit dan tulang yang melekat, tak ada lagi ikan atau sampah sampah sarden bekas pemancingan yang bisa aku makan untuk bertahan hidup...  Bumi pun menjawab " aku tak tahu, banyak hal dan takdir yang kita tak akan pernah tahu". Menit demi menit, tak terasa surya pun merangkak pulang silih berganti bulan. Purnama menyeruak gagahnya dengan sinarnya bak lampu lampu perkotaan. Tak beranjak lama, awan hitam yang sempat menghampir siang tadi akirnya menutup jingga purnama.. Langit gelap gulita....."JDARRR" sapa sang petir kepada bumi. Bumi pun terkejut. sembari menggeliat dengan batu batuan yang berjatuhan dari puncak. tak berselang menit Titik demi titik tetesan air dari nirwana membasahi sang bumi... "Akhirnya kau datang juga teriak sang bumi" sembari hujan pun tersenyum dan berkata "Ya aku datang" . sang bumi pun membangunkan si miaw sembari berkata "Hey kawan lihatlah ada beberapa tikus hutan yang berbondong bondong ke danau untuk menegak air.. setidaknya salah satu dari mereka bisa memperpanjang hidupmu . tanpa berfikir panjang kucing malang itu pun bangkit dari lelapnya dan perlahan sembari mengikuti  perkataan bumi. "Apa kau lelah menantiku ?, apa kau membenciku? aku sengaja meninggalkan mu di sini , karena aku tidak bisa egois untuk selalu menemanimu, kau tahu banyak ladang gandum, dan pertanian para manusia di ujung dunia sana yang juga selalu menantiku", celoteh sang hujan.
"Tidak , .... ya, ya memang sebenarnya akhir-akhir ini aku terkadang sangat rindu kepadamu, namun aku bisa apa ?...  "
aku ini bumi tak bisa berharap banyak darimu, aku tak bisa memberimu kasih, tetapi kau bisa selalu memberikan kasih untuk ku, setiap butiran air mu, membuat rumput nan hijau tumbuh menghampar menghiasi dada ini, bunga bunga bermekar menghiasi ceriaku, Pohon pohon nan kokoh semakin menjulang di punggungku.. sungguh keindahan yang kau bawa wahai Hujan, setidak nya tolong temani aku sampai fajar memberikan pelangi kepada kita". Sang Hujan pun tersenyum sambil berkata "Ya kasih ku menemani mu sampai pagi" ....

_END_

No comments:

Post a Comment