SCARLETT Johansson bermain pada sci-fi punk film Ghost In The Shell dinilai flop pada akhir pekan pembukaannya di bioskop Amerika Serikat. Faktanya film tersebut kalah bersaing dengan film animasi Baby Boss yang menjadi box office pekan lalu, dengan pendapatan setara $ US 49 juta dalam debutnya.
Ghost in The Shell sendiri adalah salah satu film Paramount yang di adaptasi dari film Anime Jepang tahun 1995. Menurut berbagai sumber salah satu daya tarik dari film tersebut hanya terletak pada ketenaran dan kelincahan akting Johansson, yang sudah bersinar sebagai Black Window di beberapa film Marvel Studio. Pengalaman penulis sendiripun sewaktu menonton film ini, serasa menonton film solonya Black Window.
Pada pekan pertamanya pendapatan dari film yang dibintangi Scarlett Johansson tersebut hanya bisa meraup sebanyak $ 19 juta di pasaran domestik Amerika, dan itu sungguh-sungguh sangat buruk di hadapan banyak pengamat, apalagi biaya produksinya sendiri menelan anggaran sebesar $ 110 juta.
Permasalahan sebenarnya ialah didasarkan pada latar belakang film yang didasarkan pada film animasi Jepang, yang tentunya lebih banyak fanboy nya berbasis di lokal jepang. Seandainya kita menengok dari animenya, ceritanya memang kurang begitu menggigit dimana hanya berkutat pada pemindahan jiwa / roh manusia (fikiran / kesadaran) kedalam sebuah tubuh buatan berteknologi maju, ditambah lagi kelamnya trik dan intrik khas film-film jepang yang begitu kelam menjadikan atmosphere dari keseluruhan film tersebut kental bernuansa punk zakuza jepang, dan bagi sebagian banyak penonton kurang merasa nyaman dengan hal tersebut karena dirasa kurang universal sepertihalnya film-film Sci-Fi yang lain.
Dalam menjalani perannya sebagai "Major" Motoko Kusanagi, Johansson tidak mengalami kendala sedikitpun, bahklan menurut penilaian penulis kualitasnya sama dengan perannya sebagai salah satu team Avengers tersebut.
Dalam sinopsisnya berseting di masa depan, GHOST IN THE SHELL mengetengahkan sepak terjang seorang polisi cyborg wanita bernama Motoko Kusanagi, anggota divisi operasi khusus yang dikenal dengan nama Section 9. Unit khusus ini memiliki spesialisasi untuk menangani dan menyelesaikan kasus kejahatan yang berhubungan dengan teknologi canggih. Motoko, boleh dibilang berlaku sebagai pemimpin unit itu dan mendapatkan panggilan 'Mayor' dikarenakan jabatan lama yang pernah dipegangnya kala masih bergabung dengan pasukan bela diri Jepang. Laiknya seorang cyborg pada umumnya, Motoko memiliki kekuatan superhuman dan kemampuan bionik yang diperlukan untuk menuntaskan tugasnya - seluruh tubuhnya adalah mesin, hanya bagian otak dan sebuah segmen sumsum tulang belakangnya saja yang masih tersisa dari tubuh manusianya. Bersama para koleganya, Motoko sibuk memerangi kejahatan cyber yang mengancam stabilitas negara, di mana dalam prosesnya ia menghadapi konflik internal yang berkepanjangan mengenai eksistensi mereka.
Bagi kalian yang penasaran masih ada kesempatan untuk menontonnya di bioskop-bioskop terdekat.
Credit : Gambar dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment